Oleh Hanif Kristianto (Aktivis Gerakan Mahasiswa (Gema) Pembebasan Universitas Negeri Surabaya) Usai sudah rakyat disibukan dengan pemilihan legislatif. Selanjutnya rakyat akan dihadapkan pada pemilihan presiden (pilpres). Para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pun sudah jauh-jauh hari mengkapanyekan diri. Jika dilihat jargon-jargon yang dikampayekan oleh capres dan cawapres tidak berbeda dengan pemilihan sebelumnya. Bahkan jargon-jargon tersebut terkadang tidak dilaksanakan dalam kepemimpinannya. Hal yang lumrah, jika seseorang ingin menjadi pemimpin. Karena hal itu merupakan wujud dari gharizatul baqa’. Yang perlu dipahami bahwa untuk menjadi pemimpin tidaklah mudah. Apalagi memilih pemimpin. Jika rakyat salah memilih pemimpin maka akan berakibat fatal. Sebagaiman sabda Rasulullah Saw “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, di masa itu para pendusta dibenarkan omongannya sedangkan orang-orang jujur didustakan, di masa itu para pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang terpercaya justru tidak dipercaya, dan pada masa itu muncul Ruwaibidlah, ditanyakan kepada beliau Saw apa itu Ruwaibidlah? Rasul menjawab: Seorang yang bodoh (yang dipercaya berbicara) tentang masalah rakyat/publik.” [HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah]. Agar tidak terjadi kondisi yang fatal sebagaimana peringatan Nabi Saw, maka perlu dibentuk opini umum di tengah masyarakat. Tujuannya masyarakat paham karakteristik pemimpin yang nantinya dapat dijadikan harapan. Ada beberapa karaktersistik yang harus dimiliki pemimpin. Pertama, berkepribadian kuat. Rasulullah Saw menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus kuat tidak, lemah. Dalam artian baik secara pola pikir dan pola sikap. Kedua, bertakwa. Pemimpin menyadari bahwa Allah Swt senantiasa melihat aktifitasnya, sehingga dia tidak zalim kepada rakyatnya. Ketiga, belas kasihan. Hal itu diwujudkan dengan sikap lembut dan kebijaksanaannya yang tidak menyulitkan rakyatnya. Keempat, jujur dan penuh perhatian kepada rakyatnya. Sehingga kebutuhan fisik dan ideologis terpenuhi, serta mengantarkan rakyatnya menggapai ridho Allah Swt. Kelima, istiqomah memerintah dengan syariah. Pemimpin yang jujur dan amanah akan memerintah berdasarkan quran dan sunnah. Karena hanya dengan aturan Allah dan Rasul-Nya kehidupan akan teratur. Jika kesemua karakteristik itu terpenuhi oleh pemimpin yang ada, maka tidak mustahil suatu bangsa akan menjadi bangsa yang besar dan kuat. Hal tersebut pernah terbukti dan dilakukan oleh Rasulullah dan para Khalifah selanjutnya.