Pemimpin Ideologis

(Refleksi Regenerasi Pemimpin BEMF-BEMJ di FBS)

“Leader adalah ia pemimpin yang mampu memimipin minimal dari diri sendiri, amanah, kredibel, akuntabel, serta responsibel, atau bertanggung jawab. Pemimpin itu mampu, tegas, tegar, tidak takut, mengambil resiko dalam mengambil kebijakan. Pemimpin itu malu: malu seperti benalu minta melulu. Pemimpin itu rendah dalam bertutur sapa, rendah hati, mengalah tapi bukan berarti kalah. Pemimpin itu siap pakai dalam setiap kondisi. Pemimpin itu nanti pasti diadili apa yang pernah dilakui”astagfirullahal’adzim. Mari kita selalu beristigfar selaku pemimpin bangsa kelak nanti.”

Pengirim:

Yanto Ukki +628564924xxxx

Dikirim:

22-Sep-2008 11:29:34

Pemimpin adalah seorang panutan dan penunjuk jalan. Ibaratkan ia seorang sopir dialah yang mengendalikan mobil dan memberi rasa nyaman pada penumpang. Sifat untuk menjadi seorang pemimpin adalah hal yang lumrah, karena sifat ini merupakan wujud naluri mempertahankan diri (ghorizatul baqa’) atau eksistensi diri. Pemimpin sebagaimana sms di atas yang dikirim oleh seorang aktivis kepada saya, merupakan gambaran pemimpin yang diidamkan. Oleh karena itu adalah pekerjaan maha mulia jika seseorang dapat memimpin dengan baik dan amanah.

Hajatan Tahunan

Sudah menjadi hajatan di penghujung tahun terjadi regenerasi kepemimpinan BEMJ (Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan) di FBS (Fakultas Bahasa dan Seni). Kemudian disusul dengan regenerasi kepemimipinan BEMF (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas) pada awal tahun. Proses pergantian ini menunjukkan bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan akan terus berunjuk gigi dalam pentas kehidupan sosial. BEMJ dan BEMF merupakan wadah yang cocok untuk hal tersebut. Paling tidak BEMJ dan BEMF menjadi wadah organisasi untuk pembelajaran politik, khususnya politik kampus.

Politik kampus membawa peranan penting dalam kehidupan kampus, terutama bagi orang-orang yang dikenal aktivis. Untuk bisa dikatakan sebagai aktivitas politik maka harus merujuk pada pegertian politik. Politik atau siyasah pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengurus kepentingan rakyat (umat), yang dilakukan oleh individu, partai, kelompok, atau negara atau beberapa negara (Abdul Qadim Zallum, Pemikiran Politik Islam, terj. hlm104). Hampir sama dengan defenisi tersebut V.O Key, Jr, mengartikan politik terutama terdiri atas hubungangan antara superordinasi dan subordinasi, antara dominasi dan submisi, antar yang memerintah dan yang diperintah. Sedangkan Goerge Catlin mengartikan politik sebagai kegiatan manusia yang berkenaan dengan tindakan manusia dalam mengontrol masyarakat (the act of human social control). (Amin Rais, Cakrawala Islam, hlm 30).

Ideologis

Kepemimpinan suatu organisasi tidak bisa terlepas dari ideologi yang diemban. Ideologilah yang akan memepengaruhi arah gerak dan target yang ingin dicapai dalam kepemimpinan. Sebuah ideologi menurut Muhammad Muhammad Ismail (Bunga Rampai Pemikiran Islam, hlm 180-181), haruslah memiliki pemikiran mendasar yang memancarkan pemikiran-pemikiran lainnya. Pemikiran mendasar itu sendiri merupakan pemikiran yang tidak didahului oleh pemikiran lainnya dan hanya terbatas pada pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Menurutnya, pemikiran mendasar inilah yang disebut dengan akidah.

Pendapat tersebut mencerminkan bahwa seorang pemimpin harus berpemikiran ideologis. Artinya, ia mampu mengatasi berbagai persoalan dengan cara penyelesaian dengan padangan yang tepat. Ketika seseorang tidak berpemikiran ideologis maka cara bertindak dan berpikir cenderung bersifat pragmatis. Sikap pragmatis akan memunculkan pemimpin yang bersifat kompromi pada sistem yang rusak, tidak revolusioner, pasrah pada keadaan, dan cenderung menggunakan momen sesaat untuk menyelesaikan persoalan.

Pemimpin ideologis akan tercermin dalam kinerjanya terkait urusan rakyat (mahasiswa). Segala permasalahan yang terkait mahasiswa akan diberikan solusi yang tepat sehingga mahasiswa sebagai bagian kampus merasa dihargai dan diurusi.

Tidak ada salahnya jika mengambil contoh pemimpin yang bersifat ideologis. Muhammad Saw. sebagaiamana dalam buku karya Michel H. Hart 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, merupakan pemimpin yang ideologis. Ideologi yang diemban oleh Muhammad merupakan ideologi yang benar karena berasal dari wahyu Sang Pencipta. Ideologi yang diemban adalah Islam. Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar. Wujud dari politik yang Muhammad lakukan adalah adanya penerapan hokum Islam secara kaffah dalam Negara Islam.

Masih dalam buku 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Adolf Hitler yang berideologi sosialis-komunis merupakan pemimpin yang popular. Masa kepemimpinannya terdapat tindakan pembunuhan massal yang tidak ada tandingannya dalam sejarah. Dia seorang rasialis yang fanatik, spesial terhadap orang Yahudi yang dilakukannya dengan penuh benci meletup-letup. Secara terbuka dia mengumumkan bunuh tiap orang Yahudi di dunia. Di masa pemerintahannya, Nazi membangun kamp-kamp pengasingan besar, dilengkapi dengan kamar gas. Di tiap daerah yang menjadi wilayah kekuasaannya, orang-orang tak bersalah, lelaki dan perempuan serta anak-anak digiring dan dijebloskan ke dalam gerbong ternak untuk selanjutnya dicabut nyawanya di kamar-kamar gas. Dalam jangka waktu hanya beberapa tahun saja sekitar 6.000.000 Yahudi dipulangkan ke alam baka.

Dua tokoh tersebut mewakili jumlah pemimpin yang ada di dunia ini. Pelajaran yang dapat diambil adalah ketika sifat ideologi yang diemban salah, maka sistem kerja yang dilakukan akan menyalahi kehidupan manusia. Cerminan tersebut terbukti dalam penempatan tokoh berpengaruh dalam Sejarah. Muhammad oleh Michel H. Hart ditempatkan nomor satu, sedangkan Adolf Hitler nomor tiga puluh lima.

Pemimpin Harapan

Seorang pemimpin yang terpilih dalam pemira tentu ingin membawa perubahan. Hal tersebut dapat dilihat dari visi dan misinya. Harapannya pemimpin terpilih adalah pemimpin yang terbaik dari pemimpin sebelumnya. Penting untuk dipahami visi dan misi pada saat kampanye bukanlah hanya pemanis saja agar menarik dukungan. Visi dan misi yang sudah dibuat harus dijalankan dengan sesungguhnya. Sehingga terbukti bahwa dia pemimpin yang amanah dan kredibel.

Kinerja yang disusun pun seharusnya mendapatkan pengawasan dan mahasiswa. Alasanannya mahasiswa adalah obyek yang nyata untuk mengakomodasi kepentingan mahasiswa demi kemajuan kampus. Hal yang lebih penting dari seorang pemimpin adalah mamapu mewujudkan perubahan yang lebih baik. Perubahan tersebut merupakan wujud sifat ideologis dan revolusioner.

Program-program kerja yang disusun oleh kepengurusan baru haruslah program yang mencerdaskan mahasiswa. Baik dari segi pemikiran maupun perbuatan. Tidak kalah pentingnya pembinaan secara emosional dan spiritual untuk menyiapkan mahasiswa yang berakhlak mulia dan berbudi di masyarakat. Bagaimanapun juga pemimpin dan kepengurusan yang ada di kampus merupakn perwujudan kecil dari sebuah Negara. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah sistem yang baik dan pemimpin yang sesuai dengan aspirasi mahasiswa.

Selamat berkarya untuk bangsa wahai pemimpin dan pengurus BEMJ-BEMF di FBS harapan masyarakat ada di pundak kalian. Jangan disia-siakan!(Hanif_Kristianto_Jepang_05)