Peningkatan Pemerolehan Kosa Kata Bahasa Jepang Melalui Cerita Komik (Manfaat Psikolinguistik Bagi Pembelajaran Bahasa Jepang) A. Pendahuluan Peminat bahasa Jepang semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan pembelajaran bahasa Jepang di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Kebanyakan peminat bahasa jepang adalah murid-murid SMA yang berumur antara 17 sampai 20 tahun. Ada beberapa alasan yang melatar belakangi mereka belajar bahasa Jepang. Pertama, film anime yang mereka tonton berasal dari Jepang. Kedua, komik yang berasal dari Jepang banyak diminati. Ketiga, mereka ingin belajar atau pergi ke Jepang. Pembelajaran bahasa Jepang yang ada seharusnya tidak terpaku pada satu metode pembelajaran. Guru yang mempunyai peran dalam memberikan dan menuntun anak didiknya hendaknya mengembangkan dengan berbagai macam model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut hendaknya disesuaikan dengan kemampuan guru dan ketersediaan sarana-prasarana di sekolah. Pembelajaran merupakan suatu sistem. Artinya, pembelajaran merupakan satu kesatuan yang terdiri atas berbagai komponen yang saling menunjang. Karena itu, keberhasilan pembelajaran akan ditentukan oleh komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, evaluasi, serta sarana yang dibutuhkan. Demikian pula dalam pembelajaran Bahasa, agar pembelajaran bahasa berhasil, komponen-komponen tadi harus diperhatikan. Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa, bukan hanya faktor guru dan materi pembelajaran bahasa yang harus diperhatikan, siswa pun sebagai subjek didik harus diperhatikan demi keberhasilan pembelajaran. Materi bahasa bisa dipahami melalui Linguistik sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, dan Kholid A. Harras (1997/1998: 2) bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan siswa sebagai pembelajar bahasa. Siswa sebagai organisme dengan segala prilakunya termasuk proses yang terjadi dalam diri siswa ketika belajar bahasa tidak bisa dipahami oleh linguistik, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitu Psikologi. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan pemahaman Psikolinguistik untuk menunjang keberhasilan pembelajaran bahasa. Yudibrata, Andoyo dan Sastromiharjo,Kholid A. Harras(1997/1998: 9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa).Terkait dengan bahasa Jepang guru hendaknya memahami Psikolinguistik agar dalam membimbing anak didiknya dalam memperoleh bahasa kedua bisa optimal. Langkah yang bisa diambil guru adalah dengan menggunakan komik sebagai media pembelajaran selain buku ajar yang disusun Depdiknas dan Japan Foundation. B. Isi Pembelajar bahasa Jepang khususnya SMA telah memperoleh bahasa pertama (B1) yaitu bahasa Indonesia. Adapun bahasa Jepang merupakan bahasa kedua (B2) yang diperoleh di sekolah. Pemerolehan B2 merupakan proses belajar di ruang lingkup formal. Ketika guru dalam pembelajaran bahasa Jepang menggunakan media komik maka teori pemberolehan B2 menggunakan model wacana. Model wacana yang diusulkan oleh Hatch (1978) dalam Ardiana dan Sodiq (2003:5.21) mempunyai prinsip-prinsip utama sebagai berikut: 1. Pemerolehan B2 mengikuti urutan alamiah dalam perkembangan sintaksis. 2. Penutur asli akan menyesuaikan ujarannya untuk menyatukan makna dengan penutur nonasli. 3. Strategi percakapan menggunakan makana negosisasi/makna ‘yang disepakati’ dan masukan yang teratur, yang dapat mempengaruhi kecepatan dan urutan pemerolehan B2 dalam beberapa hal: a. Pembelajar memperlajari tata bahasa B2 dengan urutan yang sama, seperti urutan frekuensi dari berbagai ciri masukan b. Pembelajar secara umum memperoleh formula-formula yang berbentuk dan kemudian menganalisisinya ke dalam komponen-komponen bagian c. Pembelajar dibantu menyusun kelimat secara vertical yang meupakan oendahuluan struktur horizontal Untuk mendukung teori tersebut dibutuhkan strategi dalam pemerolehan bahasa kedua. Strategi merupakan tindakan khusus yang dilakukan pembelajar untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmti, lebih mudah memahamai sendiri secara langsung, lebih efektif, dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru (Oxford:1992:8). Strategi yang cocok digunakan dalam pembelajaran menggunakan komik adalah strategi langsug. Strategi langsung adalah aktivitas khusus—yang dilakukan oleh pembelajar dalam memecahkan tugas bahasanya –yang bersentuhan langsung dengan butir tugas: mengelompokan, melafalkan, menvcaria persamaa kesan bunyi dan arti dan sebagainya. Strategi langsung membuat pembelajar lebih kreatif dalam melafalkan dan menghafalkan kosa kata baru. Kosa kata yang digunakan dalam komik adalah kosa kata dalam percakapan sehari-hari. Sehingga pembelajar lebih mudah memahami kalimat yang ada dalam komik. Komik merupakan karya sastra, dalam bahasa jepang disebut manga. Komik sudah menjadi bagian dari kebudayaan Jepang. Oleh karena itu ketika pembelajar membaca komik selain belajar kosa kata juga dapat belajar budaya. Perbedaaan Media Buku Ajar dan Komik Ada perbedaan penggunaan bahasa dalam buku ajar dan komik. Penggunaan bahasa dalam buku ajar lebih bersifat formal, sedangkan dalam komik lebih informal. Penggunaan bahasa formal dalam buku ajar merupakan bentuk dari pengajaran sesungguhnya. Hal ini dapat diidentifikasi karena pembelajar dalam memperoleh B2 dalam kelas. Berbeda dengan dengan bahasa informal dalam komik, penggunaan ini dipengaruhi oleh penggunaan bahasa percakapan yang terkadang tidak terikat dengan tata bahasa. Sebagai contoh percakapan dalam komik Conan dalam majalah Shougakku Ninensei Desember 2002 おとこ:ここなら、ひとどおりも すくない。。オイ、ちょっときみ! Orang laki-laki: Disini, pejalan kaki sudah berkurang, hai, kamu sebentar tunggu! コナン:エッ、ぼく!? Conan: Ee, saya! Percakapan tersebut jika diamati dari segi keinformalan bahasa akan terlihat jelas. Kata-kata yang dapat diambil adalah Kimi (きみ) dan Boku (ぼく). Kimi dalam bahasa Jepang berarti kamu. Adapun Boku dalam bahasa Jepang berarti Saya. Padanan kata dalam bahasa formal yang sering dipakai untuk menggantikan kata Kimi adalah Anata (あなた) dan Boku adalah (わたし). Kedua kata tersebut tidak akan ditemukan dalam pembelajaran yang menggunakan buku teks dari Depdiknas dan Japan Foundation, karena kedua kata tersebut merupakan bahasa sehari-hari. Adapun pengajaran yang dilakukan di kelas bersifat formal dan sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Berikut adalah contoh percakapan buku pelajaran Bahasa Jepang 1 halaman 41 A:おなまえ。(Nama Anda?) B:アロヨです。(Aroyo) A: おくには。(Negara Anda?) B:フィリピンです。(Filipina) A:しつれいですが、おしごとは。(Maaf, pekerjaan Anda?) B:いしゃです。(Dokter) A: ああ、そうですか。 percakapan tersebut merupakan percakapan bentuk formal, yakni bertanya tentang nama, negara, dan pekerjaan. pemahaman yang bisa diambil bahwa ketika seseorang bertanya kepada orang lain yang belum dikenal tentu akan menggunakan bahasa yang formal sebagai bentuk penghormatan. untuk percakapan tersebut dapat diambil dua kata yang menunjukkan keformalan penggunaan bahasa yaitu おなまえ dan しつれいですが、おしごとは. Kata おなまえ (Onamae) adalah bentukan dari なまえ (Namae) penambahan お(o) didepan kata namae merupakan bentuk penghormatan yang diberikan penanya kepada lawan tutur. Adapun kata しつれいですが、おしごとは (Shitsurei desuga, oshigoto wa) memberikan kesan hormat dengan meminta permisi. ungkapan permisi ditandai dengan kata (shitsureidesuga). penggunaan ungkapan pemisi dikarenakan akan menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi kepada lawan tutur. Oleh karena itu penggunaan media komik dapat membantu anak didik untuk memperoleh bahasa kedua. Hal ini dapat terwujud jika guru sebagai fasilitator membimbing anak didik dengan baik dalam memahamai bahasa kedua. Pemerolehan kosa kata dari komik merupakan bentuk penambahan perolehan kosa kata yang berasal dari buku ajar. C. Kesimpulan Penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Komik dapat dijadikan media kedua setelah buku ajar dalam pemerolehan kosa kata baru 2. Pemanfaatan komik sebagai media hendaknya mendapatkan bimbingan dan arahan yang benar dari guru. Sehingga ketika anak didik tidak mengetahui kosa kata yang baru ditemui dapat digunakan sesuai dengan fungsi penggunaannnya. Harapannya Psikolinguistik sebagai ilmu yang mengantarkan anak didik dalam memperoleh kosa kata dalam belajar bahasa kedua dapat dijadikan referensi bagi guru. Sehingga guru dalam mengajarkan bahasa kedua kepada anak didik dapat memahami kondisi psikologis dari anak didiknya. Daftar Pustaka Ardiana, Leo, dan Samsul Sodiq.2003. Psikolinguistik. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Buku Pelajaran Bahasa Jepang I. Depdiknas Bekerjasama dengan The Japan Foundation. Majalah Shougakkou Ninensei Desember 2002. Yudibrata, Karna; Andoyo Sastromiharjo;dan Kholid A. Harras. (1997/1998). Psikolinguistik. Jakarta: Depdikbud PPGLTP Setara D-III.